Minggu, 25 September 2011

Bisakodil



Golongan Obat : Bebas Berbatas


Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia:4,4'-(2-Pyridylmethylene)di(phenyl acetate). (C22H19NO4) (1)
- Sifat Fisikokimia:Bisakodil adalah laksatif stimulan turunan difenilmetan. USP 29:serbuk kristalin putih sampai hampir putih. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam benzena, larut dalam alkohol (1 bagian dalam 210 bagian), dalam kloroform (1 bagian dalam 2,5 bagian), dan dalam eter (1 bagian dalam 275 bagian), agak sukar larut dalam metil alkohol
- Keterangan:-
Golongan/Kelas Terapi
Obat Untuk Saluran Cerna
Nama Dagang
- Laxacod- Laxamex- Stolax- Dulcolax/Bicolax
Indikasi
1. Laksatif stimulan.
2. Persiapan sigmoidoskopi, proktoskopi, radiologi, atau pembedahan.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
(a) Bisakodil:Oral:dewasa dan anak>=12 tahun:5-15 mg sehari sebagai dosis tunggal sampai dengan 30 mg per hari. (3,4) Anak usia>3 tahun:5-10 mg atau 0,3 mg/kg sehari sebagai dosis tunggal. Rektal:dewasa dan anak>=12 tahun:10 mg sehari sebagai dosis tunggal. Anak usia 2-11 tahun:5-10 mg sehari (setengah sampai satu suppositoria) sebagai dosis tunggal. Anak usia<2 tahun:5 mg (setengah suppositoria) sebagai dosis tunggal.
(b) Bisakodil:oral:pada malam sebelumnya. Rektal:pada pagi hari pembedahan atau pemeriksaan. Oral:dosis sampai dengan 30 mg dapat diberikan bila evakuasi kolon yang menyeluruh dibutuhkan untuk prosedur khusus. Pada persiapan enema BaSO4 pasien tidak boleh makan setelah pemberian tablet, dan suppositoria bisakodil harus diberikan 1-2 jam sebelum prosedur. Regimen preparasi menggunakan magnesium sitrat yang bekerja terutama pada usus kecil juga dapat digunakan sebagai tambahan pada pemberian bisakodil dosis oral dan rektal. Dosis lazim bisakodil sebagai suppositoria dapat digunakan untuk membersihkan kolon sebelum melahirkan bila diberikan minimal 2 jam sebelum onset tahap kedua dalam proses melahirkan.
Farmakologi
Bisakodil merupakan laksatif stimulan. Absorbsi bisakodil minimal setelah pemberian oral atau rektal. Obat dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin dan/atau didistribusikan ke dalam ASI. Setelah pemberian dosis terapi oral turunan difenilmetan, pengosongan kolon tercapai dalam waktu 6-8 jam. Pemberian rektal menyebabkan pengosongan kolon dalam waktu 15 menit sampai 1 jam. (3)
Stabilitas Penyimpanan
Suppositoria dan tablet salut enterik harus disimpan pada suhu kurang dari 30°C
Kontraindikasi
Pasien dengan sakit perut akut, mual, muntah, dan gejala-gejala lain apendisitis atau sakit perut yang tak terdiagnosa; pasien dengan obstruksi usus.
Efek Samping
Pada dosis oral terapetik, laksatif stimulan dapat memberikan beberapa rasa tidak nyaman pada perut, mual, kram ringan, lemah. Pemberian suppositoria bisakodil rektal dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada mukosa rektum serta proktitis ringan.
Interaksi
- Dengan Obat Lain : Efektivitas bisakodil berkurang bila diberikan bersama-sama dengan antasida, simetidin, famotidin, ranitidin.
- Dengan Makanan : Untuk menghindari iritasi lambung dan muntah, tablet salut enterik bisakodil tidak boleh diminum dalam waktu satu jam setelah pemberian susu atau produk-produk susu.
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Tidak ada data. Hanya digunakan bila kondisi ibu mempunyai risiko potensial terhadap fetus.
- Terhadap Ibu Menyusui :Tidak ada data. Sampai data yang adekuat diperoleh, hati-hati menggunakan bisakodil pada wanita menyusui.
- Terhadap Anak-anak : Penggunaan lebih dari 7 hari tidak direkomendasikan. Penggunaan untuk konstipasi pada anak <6 tahun dikonsultasikan dengan dokter.
- Terhadap Hasil Laboratorium : -
Parameter Monitoring
Berkurangnya rasa tidak enak dan sakit pada abdomen, buang air besar dalam (15 sampai 60 menit), evaluasi kembali bila terdapat perdarahan rektum atau tidak ada buang air besar setelah pemberian.
Bentuk Sediaan
Tablet 5 mg, Suppositoria Dewasa 10 mg, Suppositoria Anak 5 mg.
Peringatan
1. Beberapa klinisi menyatakan bahwa sebaiknya suppositoria laksatif stimulan tidak diberikan pada pasien dengan kram perut, fisura anal atau rektal, atau hemoroid ulseratif. Laksatif stimulan membentuk kebiasaan dan penggunaan jangka lama obat ini dapat menyebabkan ketergantungan pada laksatif serta hilangnya fungsi usus normal. Dengan penggunaan jangka panjang atau overdosis laksatif stimulan, gangguan elektrolit termasuk hipokalemia, hipokalsemia, asidosis metabolik atau alkalosis, sakit pada abdomen, diare, malabsorpsi, penurunan berat badan, dan enteropathy dengan kehilangan protein dapat terjadi. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan muntah dan kelemahan otot, jarang menyebabkan osteomalasia, aldosteronisme sekunder, dan tetanus.
2. Pada penggunaan kronis dapat terjadi perubahan patologis termasuk kerusakan struktural pada plexus myenteric, gangguan berat dan permanen dengan motilitas kolon, serta hipertrofi mukosa muskularis. Kolon katartik dengan atoni dan dilasi kolon, khususnya pada bagian kanan terjadi pada kebiasaan menggunakan bisakodil (seringkali selama beberapa tahun) dan sering menyerupai ulseratif kolitis.
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Penggunaan lebih dari 7 hari tidak direkomendasikan. Sebagai laksatif oral, bisakodil sebaiknya diberikan pada malam hari sebelum aktivitas buang air besar yang dikehendaki di pagi hari berikutnya. Suppositoria bisakodil rektal dapat diberikan pada saat buang air besar diinginkan.  Untuk menghindari iritasi lambung dan muntah, tablet salut enterik bisakodil harus ditelan seluruhnya dan tidak boleh dikunyah, dihancurkan atau diminum dalam waktu satu jam setelah pemberian antasida atau susu. Laksatif difenilmetan tidak seharusnya diberikan melebihi dosis yang direkomendasikan. Konsultasikan dengan dokter bila perubahan mendadak dalam hal bowel habit berlangsung lebih dari dua minggu atau bila penggunaan laksatif selama 1 minggu tidak memberikan efek.
Mekanisme Aksi
Laksatif stimulan menginduksi defekasi dengan merangsang aktivitas peristaltik  usus yang bersifat mendorong (propulsif) melalui iritasi lokal mukosa atau kerja yang lebih selektif pada plexus saraf intramural dari otot halus usus sehingga meningkatkan motilitas. Akan tetapi, studi terbaru menunjukkan bahwa obat-obat ini mengubah absorpsi cairan dan elektrolit, menghasilkan akumulasi cairan usus dan pengeluaran feses. Beberapa obat ini dapat secara langsung merangsang sekresi ion usus aktif. Peningkatan konsentrasi cAMP dalam sel-sel mukosa kolon setelah pemberian laksatif stimulan dapat mengubah permeabilitas sel-sel ini dan menyebabkan sekresi ion aktif sehingga menghasilkan akumulasi cairan serta aksi laksatif.
Monitoring Penggunaan Obat
Cara penggunaan obat, aktivitas buang air besar, efek samping obat.
Daftar Pustaka
Martindale The Complete Drug Reference 35th edition
MIMS-Official Drug Reference for Indonesian Medical Proffesion. 105th ed.
AHFS Drug Information 2006
Micromedex

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger